Sabtu, 26 September 2020

Pengertian Macam Fungsi Keanekaragaman Hayati

1.    Pengertian Keanekaragaman Hayati 

Sumber gambar : dedenandang.com

        Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biodiversity) adalah variasi organisme hidup pada tiga tingkatan, yaitu tingkat gen, spesies, dan ekosistem. 

        Keanekaragaman hayati, menurut UU No. 5 tahun 1994, adalah keanekaragaman di antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk di antaranya daratan, lautan, dan ekosistem akuatik (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman dalam spesies, antara spesies dengan ekosistem. Berdasarkan definisi dari undang-undang tersebut, keanekaragaman hayati terdiri atas tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis, dan keanekaragaman ekosistem.

2.    Tingkat Keanekaragaman Hayati

a.    Keanekaragaman Gen

Sumber gambar : GoingToTehran.com

       Keanekaragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis atau spesies mahkluk hidup. 

      Contoh buah durian ada yang berkulit tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah ipis, berbiji besar atau berbiji kecil. Pisang memiliki berbagai varietas : pisang raja sereh, pisang raja uli, pisang raja molo, dan pisang aja jambe. Varietas mangga : mangga manalagi, cengkir, golek, gedong, apel, kidang, dan bapang. Sementara keanekargaaman hayati pada spesies hewan, misalnya warna rambut pada kucing (Felis silvestris catus), ada yang berwarna hitam, putih, abu-abu, dan cokelat. 

        Peningkatan keanekaragaman gen dapat terjadi melalui hibridisasi (perkawinan silang) antara organisme satu spesies yang berbeda sifat, atau melalui proses domestikasi (budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia). Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut varietas atau ras.

b.    Keanekaragaman Jenis (Spesies)

Sumber gambar : biologismantapalembang.blogspot.com

       Keanekaragaman jenis (spesies) adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup di suatu tempat. 

Beberapa jenis organisme ada yang memiliki ciri-ciri fisik yang hampir sama. Misalnya, tumbuhan kelompok palem (palmae) seperti kelapa, pinang, aren, dan sawit yang memiliki daun seperti pita. Contoh keanekaragaman hayati pada spesies hewan : harimau, singa, macan tutul, dan jaguar.

c.    Keanekaragaman Ekosistem

Sumber gambar : ArenaEdukasi.com

Ekosistem adalah suatu kesatuan yang dibentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup (komponen biotik) dan lingkungannya (komponen abiotik).

Faktor abiotik yang mempengaruhi faktor biotik di antaranya adalah iklim, tanah, air, udara, suhu, angin, kelembapan, cahaya, mineral, dan tingkat keasaman. Variasi faktor abiotik menimbulkan kondisi berbeda pada setiap ekosistem. Untuk mengetahui adanya keanekaragaman hayati pada tingkat ekosistem, dapat dilihat dari satuan atau tingkatan organisasi kehidupan di tempat tersebut.

Secara garis besar, terdapat dua ekosistem utama, yaitu ekosistem daratan (eksosistem terestrial) dan ekosistem perairan (ekosistem aquatik ). Ekosistem darat terbagi atas beberapa bioma, di antaranya bioma gurun, bioma padang rumput, bioma savana, bioma hutan gugur, bioma hutan hujan tropis bioma taiga, dan bioma tundra.

Adapun ekosistem perairan dapat dibagi menjadi ekosistem air tawar, ekosistem laut, ekosistem pantai, ekosistem hutan bakau, dan ekosistem terumbu karang.Hutan hujan tropis terdapat di wilayah khatulistiwa, misalnya di lembah Sungai Amazon, lembah Sungai Kongo, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara (Indonesia, Thailand, Malaysia). Hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri abiotik sebagai berikut : curah hujan sangat tinggi, antara 200 – 450 cm/tahun, matahari bersinar sepanjang tahun degan suhu lingkungan antara 21 – 300C. 

3. Fungsi dan Manfaat Keanekaragaman Hayati di Indonesia

a.    Keanekaragaman hayati sebagai sumber pangan

- Bahan makanan berkarbohidrat yang berasal dari tanaman padi, singkong, jagung, sagu, gandum, talas dan tanaman umbi- umbian lainnya. 

- Bahan makanan berprotein yang berasal dari daging berbagai jenis hewan mamalia, unggas maupun ikan. Misalnya daging ayam, daging sapi, kambing, ikan dan udang. 

- Sayur- sayuran yang bersumber dari berbagai macam tanaman sayur seperti bayam, kangkung, tomat, wortel, sawi, kubis, buncis dan lain- lain. 

- Buah- buahan yang berasal dari berbagai jenis tumbuhan buah. Misalnya apel, nanas, jeruk, melon, semangka, durian, mangga dan lain sebagainya. 

- Minuman yang kaya akan mineral dan vitaman seperti susu sapi dan susu kambing.

b.    Keanekaragaman hayati sebagai sumber obat-obatan 

Contoh beberapa tanaman obat yang sering digunakan yaitu tanaman jahe, kencur, temulawak, daun sirih, kayu putih, buah mengkudu dan alang- alang.

c.    Keanekaragaman hayati sebagai sumber kosmetik 

Misalnya minyak bunga melati dan bunga kantil digunakan untuk parfum. Ekstrak lidah buaya untuk shampo. Ekstrak bunga mawar untuk aroma bedak. Ekstrak teh hijau, bengkoang dan kelapa juga sering digunakan dalam berbagai jenis produk kosmetik.

d.    Keanekaagaman hayati sebagai sumber sandang

- Kain dibuat dari kapas yang merupakan buah dari tanaman randu. 

- Kain sutra terbuat dari pintalan benang yang berasal dari ulat sutra.

- Songket dan kain tenun yang terbuat dari berbagai macam serat tumbuhan. 

- Jaket wol dibuat dari rambut domba dan biri- biri. 

- Jaket kulit, tas dan ikat pinggang dibuat dari kulit berbagai jenis hewan reptil seperti ular dan buaya. 

- Pakaian tradisional dan aksesorisnya banyak yang memanfaatkan tulang belulang hewan, bulu burung dan merak, serta kulit kayu.

e.    Keanekaragaman hayati sebagai sumber papan 

Rumah tempat tinggal manusia memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan bangunan dan aksesorisnya. Misalnya bermacam- macam pohon berkayu seperti kayu jati, kayu sengon, kayu bangkieri, kayu mahoni dimanfaatkan sebagai atap rumah, pintu, kusen jendela maupun dinding rumah.

f.     Keanekaragaman hayati sebagai aspek budaya 

Misalnya pada upacara adat di daerah Sulawesi mengharuskan memotong hewan kerbau. Ritual Larung sesaji di Jawa juga menyembelih sapi atau kerbau untuk di larutkan ke laut. Budaya nyekar atau berkunjung ke makam juga memanfaatkan jenis- jenis flora seperti mawar, melati dan kenanga untuk di tabur di atas makam.

4.    Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati Indonesia

Konservasi keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara insitu maupun eksitu. Konservasi insitu adalah usaha pelestarian (konservasi) yang dilakukan di habitat aslinya, yaitu dengan mendirikan cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa, taman hutan raya, dan taman laut. Contoh cagaralam Rafflesia di Bengkulu dan suaka margasatwa Pulau Komodo. Konservasi eksitu adalah usaha pelestarian yang dilakukan di luar habitat aslinya, yaitu dengan mendirikan kebun raya, taman safari, kebun koleksi, atau kebun binatang. Contohnya Taman Safari Puncak dan Kebun Raya Bogor. Cagar biosfer adalah kawasan dengan ekosistem terestrial dan pesisir yang melaksanakan konservasi biodiversitas melalui pemanfaatan ekosistem yang berkelanjutan.

5.    Sistem Klasifikasi Makhluk hidup

Klasifikasi makhluk hidup adalah pengelompokan mahkluk hidup berdasarkan ciri-ciri tertentu yang dimilikinya. Cabang ilmu biologi yang mempelajari klasifikasi makhluk hidup disebut taksonomi.

Tingkatan takson  adalah tingkatan takson atau kelompok makhluk hiudp yang disusun mulai dari tingkat tertinggi hingga tingkat terendah. Tingkatan takson dalam klasifikasi makhluk hidup yaitu kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), phylum (filum) atau divisio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa), familia (famili/suku), genus (marga), species (spesies/jenis), dan varietas (ras).

6.   Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Klasifikasi Binomial

Sistem binomial nomenklatur ini merupakan sistem pemberian nama makhluk hidup yang sah berdasar kode internasional dengan menggunakan sistem tata nama dua kata dengan aturan-aturan sebagai berikut: Nama terdiri dari dua kata, kata pertama menunjukkan tingkatan marga (genus) yang diawali dengan huruf besar dan kata kedua menunjukkan tingkatan jenis (spesies) yang diawali dengan huruf kecil. Contohnya: Gnetum gnemon. Jika ditulis dengan huruf tegak, dua kata tersebut harus digaris bawahi, tetapi jika tidak digaris bawahi, dua kata tersebut harus dicetak miring. Contohnya, Gnetum gnemon atau Gnetum gnemon.